DAILYVOX.ID, Cimahi – Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang rentan terhadap bencana termasuk gempa bumi.
Salah satu dampak dari gempa yang terjadi di Indonesia adalah kerusakan sarana dan prasarana bangunan, termasuk bangunan kampus, dan perkantoran yang mengakibatkan terganggunya proses pembelajaran dan administrasi di lingkungan kampus. Lebih dari 7.000 sekolah rusak berat akibat gempa dan tsunami sejak tahun 2004.
Dampak tersebut akan lebih parah jika bencana terjadi pada saat proses belajar-mengajar sedang berlangsung di sekolah, karena reruntuhan bangunan dan benda sekitarnya dapat menimpa dan atau menimbun peserta didik, tenaga pengajar maupun tenaga kependidikan lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan lingkungan belajar yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan warga sekolah siaga setiap saat termasuk dari ancaman bencana alam.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menekankan bahwa Penanggulangan Bencana tidak hanya terpaku pada tahap tanggap darurat/ respons saja, tetapi juga mencakup tahap pra bencana (kesiapsiagaan) dan pasca bencana (pemulihan), di mana Undang-Undang tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan memastikan bahwa lingkungan pendidikan sekolah dan fasilitas pendidikan aman dari bencana dan bukan merupakan tempat yang dapat membahayakan kehidupan peserta didik, tenaga pengajar dan tenaga kependidikan lainnya.
Pada akhirnya penyusunan manajemen mitigasi bencana di lingkungan sekolah menjadi suatu hal yang penting, karena akan berpengaruh terhadap tingkat keselamatan akibat bencana alam bagi warga sekolah.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memperkenalkan sistem mitigasi bencana yang mengacu pada Perka BNPB No. 4 tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Bencana terhadap Kerangka Kerja Sekolah Aman yang Komprehensif, di mana Kerangka Kerja ini dengan tiga pilarnya sudah disepakati oleh dunia internasional, khususnya UNISDR.
Sejalan dengan semangat untuk melindungi hak-hak anak atas perlindungan, keamanan dan kelangsungan hidup dan juga hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan berkesinambungan, perlu dilakukan untuk dapat menyebarkan pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana berikut fasilitas sekolah yang aman dan manajemen bencana di sekolah melalui tenaga pendidik maupun fasilitator, salah satunya dengan membangun sistem mitigasi bencana serta menyusun modul yang dapat menjadi referensi bagi para pemangku kebijakan, dan warga sekolah pada umumnya.
Sosialiasi mitigasi bencana yang dilakukan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Kedokteran Unjani yang diketuai oleh Indarti Trimurtini, dr., M.Kes., MMRS.
Dilatarbelakangi oleh belum adanya sistem pengamanan dalam rangka penyelamatan jika terjadi bencana seperti sirine sebagai tanda peringatan, petunjuk arah dan jalur evakuasi, dan titik kumpul.
Selain itu, belum tersedianya modul penanganan bencana, papan petunjuk, gambar, poster yang dapat ditempel di masing-masing gedung sebagai media edukasi bagi warga sekolah dalam meningkatkan pengetahuan untuk kesiapsiagaan jika terjadi bencana, serta masih rendahnya pengetahuan warga sekolah khususnya para tenaga pengajar dan kependidikan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.
“Karena itulah, tujuan dari kegiatan Pengmas ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan warga sekolah sebagai prototipe sekolah yang siap siaga dan tanggap bencana selain untuk meningkatkan kerjasama dengan pihak sekolah,” ujar Indarti Trimurtini, dalam siaran persnya.
Kegiatan sosialisasi mitigasi bencana tersebut dapat diselenggarakan pada 26 Agustus 2022 di Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Multiteknik Asih Putra Cimahi.
Kegiatan ini diikuti oleh 160 orang siswa-siswi yang terdiri dari kelas X, XI dan XII. Selain itu, para guru dan tenaga kependidikan juga antusias mengikutinya. Sosialisasi diawali dengan pemberian materi terkait dengan mitigasi bencana alam dan bagaimana evakuasi korban bencana.
Selanjutnya, dilakukan simulasi bencana dengan menggunakan sirine dan prosedur yang sudah disosialisasikan.
Kegiatan ini juga melibatkan dokter muda dari Fakultas Kedokteran Unjani sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Ini juga merupakan implementasi dari visi dan misi Fakultas Kedokteran Unjani, yaitu kedaruratan medik dan manajemen bencana yang berwawasan lingkungan. (*)
Komentar