Sebuah keluarga terdiri dari ayah, Ibu, dan anak yang berinteraksi setiap harinya. Meskipun kepala sama hitamnya, namun pemikiran tentu saja mengalami berbagai perbedaan. Bisa saja orang tua kamu generasi X, kamu generasi Y dan adik kamu generasi Z. Perbedaan akan terus menyelimuti, mulai dari isi kepala, tujuan, cara pandang, gaya hidup dan sebagainya.
Adanya perbedaan memang masih dalam konteks wajar. Jika tidak ada perbedaan hidup akan kurang berwarna. Tapi ternyata, Perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesenjangan dalam sebuah kelarga. Sedikit-sedikit akan berselisih paham dengan orang tua. Bahkan ada yang pernah tidak bertegur sapa dengan orang tua lantaran egois mempertahankan argumennya. Berpikir orang tua tidak dapat mengalah dengan anak, atau anak yang tidak dapat menerima masukan dari orang tua.
Ada juga loh yang saling membalas melalui media sosial. Curhat di media sosial dan beragam cara mengekspresikan kekecewaan terhadap orang tua akibat beda dalam pola pikir. Alhasil komunikasi menjadi renggang. Di zaman yang serba canggih ini, ada faktor utama yang memicu terjadinya generation GAP yaitu “media sosial”. Sebuah fitur yang seharusnya dimanfaatkan untuk memperoleh informasi yang mengedukasi atau memberikan hiburan, justru berbalik menjadi senjata yang buruk bagi sebuah keluarga.
Bagaimana tidak, seorang anak yang telah candu akan media sosial akan lebih sering menghabiskan waktunya seorang diri. Scroll konten demi konten setiap harinya. Membuat konten karena mengikuti yang sedang viral. Apapun yang ada dimedia sosial terasa jauh lebih menarik. Mengobrol yang dapat dilakukan hanya dengan sebuah aplikasi tanpa harus bertemu langsung dengan pihak terkait. Bersosialisasi dengan keluarga tampak menjadi kurang menarik.
Faktor lain pemicu kesenjangan dalam keluarga juga dapat terjadi karena pendidikan yang telah ditempuh. Seorang wanita yang telah berhasil mendapatkan pendidikan tinggi kemudian berkerja dengan gaji yang besar ketimbang laki-laki akan menjadi permasalah kompleks yang sulit untuk ditangani. Disinilah terjadi ketidaksetaraan peran antara suami dan istri. Banyak sekali kasus ini terjadi di Era sekarang. Angka perceraian melonjak tinggi. Padahal seharusnya masih dapat diatasi selama komunikasi berjalan dengan baik. Hanya saja, keseringan diantara keduanya memilih untuk tidak membicarakan demi tercapainya solusi. Bentuk pertahanan sebuah harga diri yang tak dapat diganggu gugat menjadikan komunikasi kian tertutup rapat.
Bagi sebagian besar orang, uang merupakan aset utama yang menjadi sumber kekuatan sebuah keluarga. Bayangkan jika wanita yang lebih mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, tentu akan merasa tinggi. Berbeda dengan pihak laki-laki yang merasa semakin ciut. Semua keputusan akan berada ditangan sang istri, mulai dari keputusan membeli rumah, perabotan dan sebagainya. Adu mulut akan semakin mewarnai hari-hari kedua belah pihak. Pasalnya laki-laki adalah makhluk yang tidak ingin diatur. Kodrat mereka adalah mengatur dan memimpin sebuah keluarga. Bagaimana jadinya sebuah keluarga jika generation Gap saja tidak dapat diatasi. Ketidakseimbangan tersebut akan mengarah kepada hubungan yang beracun.
Meskipun seorang istri memiliki pendidikan dan gaji yang tinggi, alangkah lebih baik untuk meminta pendapat suami sebelum memutuskan suatu hal sekecil apapun itu. Terutama menyangkut pengeluaran. Jangan sampai membuat pasangan kamu merasa tidak dihargai dan merasa tidak penting lagi.
Lalu bagaimana dengan perempuan yang selalu memaksakan kehendak terhadap apa yang tidak dapat diberikan suaminya ? Tentu saja hal ini juga termasuk dalam generation GAP disebuah keluarga yang dapat menimbulkan kesenjangan. Sebagai seorang istri yang baik lagi bijak, memaksakan diri untuk memenuhi keinginan yang tak sebanding dengan pemasukan adalah hal yang keliru. Satu-satunya solusi yang dapat mengatasi kesenjangan tersebut yaitu dengan mengkomunikasikan perihal skala pengeluaran yang disesuaikan dengan pendapatan. Gagas anggaran bersama dan buat kesepakatan yang sesuai. Yang paling penting seharusnya pasangan mampu mengalokasikan pendapatan untuk investasi walau tidak dalam jumlah yang besar. Tujuannya tentu saja untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang seperti dana pendidikan sang buah hati, dana liburan, dana kesehatan, dan lain-lain.
Cara Mengatasi Genertaion GAP
Cara Mengatasi Generation GAP Dalam Sebuah Keluarga dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : Memiliki Mindset yang Terbuka. Mengingat perbedaan generasi Orang tua dan anak, sebaiknya keduanya memiliki mindset yang lebih terbuka dari biasanya. Mindset merupakan sekumpulan pemikiran yang terbentuk berdasarkan pengalaman atau keyakinan sehingga mampu memengaruhi orang lain. Mindset juga dapat diartikan sebagai sikap, cara pandang atau masa depan seseorang. Pertanyaannya apakah mindset seseorang dapat diubah? Tentu saja dapat diubah berdasarkan pengalaman tersendiri, atau dengan bantuan orang lain.
Sama dengan halnya dalam sebuah keluarga. Mindset anggota keluarga dapat dibentuk menjadi satu persepsi asalkan ada komunikasi sebagai jambatannya. Mungkin orang tua kamu kurang paham dengan perkembangan zaman sekarang ini, nah sebagai seseorang yang lebih paham akan perkembangan, kamu dapat sharing dan memberikan padangan kepada orang tua loh. Bukan berarti tidak sopan memahami orang tua. Namun, hal ini dilakukan agar dapat meminimalisir missed comunication yang dapat terjadi kapan saja. Begitu juga dengan seorang anak yang tidak terlalu paham bagaimana zaman masa orang tua, misalnya dahulu seorang anak perempuan dilarang keras bepergian dengan laki-laki yang belum jelas statusnya. Kamu sebagai generasi masa kini juga harus bersikap terbuka untuk menerima masukan atau menghargai pengetahuan dimasa yang lalu.
Kemudian, Atasi juga dengan melakukan komunikasi secara efektif komunikasi efektif terjadi jika komunikan dapat menangkap dengan baik informasi yang disampaikan komunikator. Jika pihak komunikan tidak mengatahui apa yang kamu sampaikan, itu artinya komunikasi tidak berjalan dengan efektif. Komunikasi ini dapat menjadi penghubung untuk menghilangkan kesenjangan keluarga akibat Generation GAP. Terlepas dari kesibukan, antara Orang tua dan Anak lebih baik meluangkan waktu agar dapat berbagi tentang semua hal yang tengah dirasakan. Baik itu tentang pekerjaan, percintaan dan sebagainya. Interaksi ini mampu mempererat hubungan kasih antar keluarga. Sehingga nantinya orang tua juga akan selalu memberikan support yang terbaik. Jangan membiasakan diri untuk terlalu banyak terpaku pada gadget. Hingga yang dekat menjadi jauh, dan yang jauh berasa dekat.
Memupuk Budaya kompromi antar keluarga juga dapat mengatasi kesenjangan loh. Misalnya antara suami dan istri, ketika terjadi perbedaan pendapat saat hendak mengambil sebuah keputusan mengenai sesuatu hal, alangkah lebih baiknya jika mengedepankan budaya kompromi. Membicarakan dengan hati dan kepala dingin. Libatkan anak jika keputusan yang diambil berkaitan dengan anak. Saat semuanya berjalan kondusif, maka kesenjangan akan memudar. Hubungan juga semakin erat dan harmonis. Intinya Dalam sebuah keluarga butuh sikap saling terbuka, saling melindungi dan menjaga antar sesama. Supaya saat kesenjangan menerjang sehebat apapaun itu, pondasi keluarga akan tetap kokoh!
Pengirim :
Komandan Kompie A Korps Taruna tk.lV Batalyon 53 Arkana Satriadharma Muhammad Alif Fadillah
Komentar