DAILYVOX.ID, Bandung – Di Indonesia perayaan Imlek dikaitkan dengan hujan yang bagi sebagian menjadi pertanda akan rezeki yang berlimpah. Lalu, mengapa hujan kerap turun di Tahun Baru Imlek?
Melihat hal tersebut, Ketua Prodi Magister dan Doktor Pendidikan Geografi, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Nandi mengatakan, secara ilmiah ini diakibatkan puncak curah hujan ada di Januari dan Februari, oleh karena itu, Imlek yang jatuh 1 Februari, maka diperkirakan akan selalu turun hujan.
“Jika dilihat dari posisi matahari, saat musim hujan di bulan Januari dan Februari ini, posisi matahari terletak dibagian belahan bumi selatan, dengan demikian daerah selatan temperaturnya tinggi, tapi tekanannya rendah,” ucap Nandi, Senin 31 Januari 2022.
Selain itu, lanjut Nandi, sedangkan daerah utara tekananya tinggi, angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, karena melewati lautan yang luas dan membawa uap air, maka terjadi musim hujan seperti di Indonesia saat ini.
“Karena Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. maka, dalam setahun, kita bisa merasakan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Berdasarkan keilmuannya, kita mengenal adanya cuaca dan iklim. Cuaca adalah keadaan udara yang terjadi di suatu tempat yang relatif sempit dengan waktu yang relatif singkat,” papar Nandi.
Baca juga: Sambut Imlek, Sejumlah Vihara Kota Bandung Mulai Bersiap
Sedangkan Iklim adalah pola cuaca rata-rata yang terjadi untuk waktu yang relatif lebih lama dan mencakup wilayah yang luas. Iklim memiliki rentang waktu yang lama dan wilayah yang luas, sehingga bisa dikenali dan dikelompokkan dengan mudah.
Karena hal ini, terdapat beberapa klasifikasi iklim yang digunakan secara global. Klasifikasi tersebut adalah, iklim Matahari, Iklim Koppen, Iklim Junghuhn, Iklim Schmidt-Ferguson dan Iklim Oldeman.
“Klasifikasi iklim tersebut fungsi dan kegunaannya masing-masing. Iklim Matahari merupakan klasifikasi iklim yang didasarkan oleh panas matahari yang diterima bumi,” ujar Nandi.
Menurut Iklim Matahari, kata dia, iklim di bumi dibagi menjadi 4, yaitu tropis, subtropis, sedang, dan dingin. Iklim Koppen merupakan pengelompokkan iklim berdasarkan pada rata-rata curah hujan dan temperatur. terdiri dari, iklim tropis, iklim kering, iklim sedang, iklim dingin, dan iklim kutub.
Iklim Junghuhn merupakan klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian dan vegetasi di kawasan tertentu. terdiri atas, zona dingin, sejuk, sedang dan panas.
“Iklim Schmidt-Ferguson merupakan klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan. dari mulai sangat basah sampai luar biasa kering. Terakhir ada iklim Oldeman, yaitu klasifikasi iklim yang menggunakan curah hujan juga sebagai acuannya. Perbedaannya dengan iklim Schmidt-Ferguson adalah pada kriteria bulan basah dan cara menghitungnya,” paparnya.(*)
Komentar